Candi Gebang : Peninggalan Besejarah Di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang banyak menyimpan beragam bukti peninggalan sejarah, salah satunya adalah candi. Bangunan candi sungguh beragam dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Setiap candi memiliki cerita sejarah tersendiri dan berbeda dengan candi yang lainnya.

Termasuk Candi Gebang yang merupakan saksi bisu atas kemegahan peradaban di masa lalu. Candi ini sama seperti candi lainnya dimana terdapat latar belakang, cerita atau kisah, konflik hingga pesan moral yang tampak di setiap detail bangunannya.

Mengenal Candi Gebang

Bentuknya pun tidak sebesar candi-candi populer lain yang sama-sama berada di sekitar wilayah Sleman, Yogyakarta seperti Candi Plaosan, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan. Meskipun begitu, candi tersebut masih berdiri kokoh dan tampak megah, hanya ada sedikit bagian yang sudah hilang atau rusak. Selebihnya, bagian-bagian candi lainnya masih utuh dan tetap berdiri dengan kokoh.

Candi yang berukuran relatif kecil ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya. Penemuan candi Hindu ini berawal dari ditemukannya arca Ganesha oleh penduduk setempat pada November 1936. Berdasarkan penemuan tersebut, dilakukanlah penelitian tentang kemungkinan adanya sebuah candi di lokasi penemuan patung tersebut. Diasumsikan, arca Ganesha yang ditemukan itu merupakan bagian dari sebuah candi.

Setelah dipastikan tentang adanya sebuah candi di lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan penggalian, rekonstruksi, dan pemugaran di bawah pimpinan Prof. Dr. Van Romondt pada 1937‒1939.  Saat ditemukan, bangunan candi dalam kondisi runtuh total di bawah timbunan tanah dan endapan vulkanik Merapi.

Informasi historis mengenai candi ini masih belum terang. Meski demikian, adanya lingga-yoni dan arca Ganesha di candi ini menunjukkan bahwa Candi Gebang berlatar agama Hindu. Di samping itu, proporsi yang tinggi pada bagian kaki menunjukkan bahwa bangunan suci ini didirikan pada masa antara tahun 730-800 M.

Candi Gebang terbuat dari batu andesit. Bangunannya berdenah dasar persegi dengan ukuran 5,25 m x 5,25 m dan tinggi 7,75 m. Tubuh candi berdiri di atas kaki dengan tinggi sekitar 2 m. Tidak terdapat pahatan apa pun pada bagian kaki candi.

Di dalam tubuh candi terdapat ruangan. Di tengah ruangan tersebut terdapat lingga-yoni. Namun, saat ini lingga yang tertancap di atas yoni sudah tak ada di tempatnya. Atap candi bersusun dengan puncak berbentuk lingga yang tegak di atas seroja.

Pintu masuk ke ruangan candi terletak di sisi timur. Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung tempat arca. Di relung utara terdapat arca Nandiswara sedangkan relung selatan dalam keadaan kosong. Konon di relung tersebut tadinya berisi arca Mahakala. Di sisi barat terdapat relung yang diisi dengan arca Ganesha yang duduk di atas sebuah yoni dengan belalai mengarah ke utara.

Tidak ditemukan tangga untuk naik ke selasar di permukaan kaki candi. Ada dugaan, dulunya terdapat tangga yang dibuat dari bahan yang mudah rapuh, seperti kayu. Meski demikian, belum didapat informasi yang pasti tentang ketiadaan tangga tersebut.

Anda mungkin juga suka...