Sleman merupakan salah satu daerah yang berada di daerah istimewa Yogyakarta. Daerah ini dikenal dengan beragam destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Aneka pesona wisata hadir untuk Anda yang hendak berlibur di Jogja.
Daerah Sleman sendiri dikenal dengan istilah Kota Gudang Candi. Hal ini didasarkan pada sebagian besar candi-candi peninggalan Hindu-Budha berada di daerah Sleman ini. Warga setempat kemudian merawat candi-candi tersebut dan menjadikannya tempat yang layak untuk dikunjungi, salah satu candi yang masih dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat Sleman ini adalah Candi Banyunibo.
Mengenal Candi Banyunibo
Candi Banyunibo merupakan salah satu kompleks candi Budha yang ada pada abad ke-9 di Dusun Cepit, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta. Candi ini baru ditemukan pada tahun 1942. Candi ini diperkirakan merupakan peninggalan dari masa kerajaan Mataram Kuno. Bangunan candi Banyunibo berdiri di sebuah lembah yang sempit serta dikelilingi oleh hamparan sawah sejauh 2 kilometer.
Adapun sisi utara dari Candi Banyunibo merupakan Candi Prambanan serta di bagian selatan merupakan Komplek perbukitan Gunung Sewu. Terdapat dua relief pada candi banyunibo ini, diantaranya adalah keberadaan Dewi Hariti dan Vaisravana.
Candi Banyunibo merupakan salah satu candi yang memiliki corak kebudayaan agama Budha. Letaknya tidak jauh dari Candi Boko dan Candi Ijo. Adapun pembangunan candi ini adalah pada abad ke 9 di zaman kerajaan Mataram Kuno.
Dalam candi ini terdapat sebuah Stupa yang merupakan ciri khas dari agama Budha itu sendiri. Adapun Candi ini masih termasuk ke dalam kompleks Candi Ratu Boko, Candi Barong dan Candi Ijo. Selain itu, terdapat pula beberapa dusun di sekitarnya. Penemuan candi ini diperkirakan pada tahun 1940.
Nama Banyunibo sendiri memiliki arti “jatuh dan menetes”. Candi ini memiliki berbagai hiasan ornamen yang beragam. Hiasan ornamen tersebut terdiri atas berbagai bidang, objek dan bentuk yang menyerupai berbagai makhluk hidup.
Pada candi utama Candi Banyunibo diletakkan menghadap ke Barat serta diletakkan di antara ladang tebu dan persawahan. Di sekitarnya terdapat 6 buah candi perwira atau candi pendamping. Terdapat dua relief di Candi ini, yang merujuk pada Dewi Hariti. Dewi Hariti sendiri merupakan dewi kesuburan dalam ajaran Budha.
Selain itu ada Vaisravana yang merupakan suami dari Dewi Hariti. Anggapan lainnya adalah bahwa Dewi Hariti merupakan Dewi Kekayaan. Warga yang masih menganut kepercayaan Budha masih menjalankan tradisi, seperti memberikan sesaji pada kedua patung tersebut.
Disamping itu, ada pula perayaan di waktu-waktu tertentu untuk menjamu para dewa dewi. Salah satunya adalah pada masa musim panen. Warga sekitar biasanya mengadakan beberapa pesta dan persembahan sebagai wujud syukur terhadap panen yang dihasilkan
Daya tarik Candi Banyunibo
Yang menjadi daya tarik ialah keberadaan candi yang berdekatan dengan sawah yang dikelola oleh warga sekitar. Hal ini kemudian membuat suasananya menjadi asri dan segar, pada saat matahari terbenam, Anda akan menyaksikan pemandangan langit yang sangat menakjubkan. Waktu sore merupakan waktu yang difavoritkan oleh pengunjung untuk berwisata di Candi ini. Saat-saat seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk berfoto bersama orang-orang tercinta.
Selain itu, ada pula fotografer yang berusaha menangkap momen indah ini untuk menjadi koleksi mereka sendiri. Untuk masuk ke lokasi wisata Candi Banyunibo, Anda hanya perlu mengeluarkan biaya parkir saja. Untuk kendaraan bermotor dikenakan tarif Rp. 2.000,- dan untuk mobil sendiri dikenakan tarif Rp. 5.000.
Bila dilihat dari kejauhan, Candi Banyunibo terlihat kokoh dan lengkap. Namun, dari segi ukurannya, candi ini sangat kecil jika dibandingkan dengan Candi Borobudur atau Prambanan. Walaupun kecil, Candi Banyunibo memiliki ornamen yang kaya di setiap sisinya. Ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya turut mempercantik ornamen candi ini makin terlihat indah dan menjadi daya tarik tersendiri.