Mengenal Keunikan Pura Kehen Bangli

Pura Kehen Bangli merupakan sebuah bangunan suci bagi umat Hindu, pura ini juga menjadi objek wisata di bali yang sering di kunjungi wisatawan. Pura Kehen Bangli ini terletak di Desa Cempaga Bangli. Pura ini kerap menjadi objek wisata yang berhasil menarik barang siapa yang melihatnya. Pura Kahen Bangli memiliki keunikan yang berbeda dengan pura pada umumnya.

Mengenal Pura Kehen Bangli

Jika pada pura pada umumnya pintunya berupa candu bentar (candi terbuka), beda dengan pintu Pura Kehen Bangli berbentuk candi kurung (candi tertutup). Tak hanya itu keunikan pada Pura Kehen Bangli. Terdapat pula sebuah bale kukul pada sebuah dahan pohon beringin. Destinasi Keunikan pura ini semakin menarik.

Pohon beringin yang tumbuh sangat besar di areal Pura menjadi cerita menarik. Keberadaan Pohon Beringin ini di anggap sakral oleh masyarakat lokal. Mayarakat percaya apabila salah satu dahan patah maka diyakini sesuatu musibah akan terjadi, seperti kejadian-kejadian yang sudah pernah terjadi meninggalnya Raja Bangli.

Ketika Raja Bangli meninggal dunia, batang pohon yang terletak di Kaja Kangin (utara-timur) akan patah. Bila batang pohon sebelah Kaja Kauh (barat daya) yang akan patah, maka yang meninggal adalah seorang pendeta. Pertanda bagi masyarakat umum jika musibah menimpa adalah batang pohon sebelah  Kelod Kangin (timur laut ) maupun Kelod Kauh (tenggara) yang akan patah.

Pendeta dan juga beberapa orang di kalangan masyarakat. Dan diambil dari cerita banyaknya peristiwa yang telah terjadi turun temurun sejak ratusan tahun silam. Sehingga masyarakat memandangnya sebagai sesuatu yang unik, religius dan mistis, ini diyakini turun temurun sampai sekarang.

Bangunan Pura Kehen Bangli termasuk dalam cagar budaya peninggalan sejarah Bali. Namun kapan tahun berdirinya masih susah ditentukan. Namun ada 3 prasasti yang berhubungan dengan keberadaan Pura Kehen ini.

Pada prasasti ke-1, yang berbahasa Bali Kuno tersebut nama “Hyang Karinama” atau “Hyang Api” di Desa Simpat Bunut. Disebutkan pula nama-nama bhiksu namun tidak berangka tahun. Oleh Dr. R. Goris prasasti tersebut masuk dalam golongan yang berangka tahun Isaka sekitar 804 – 836 atau sekitar 882 – 914 Masehi.

Pada prasasti ke-2, hanya tertinggal satu lembar penghabisan yang terdiri dari 10 baris tulisan. Prasasti yang berbahasa Jawa Kuno ini menyebut nama Senapati Kuturan, Sapatha serta nama-nama pegawai kerajaan. Prasasti ini digolongkan berangka tahun Isaka antara 938-971 atau sekitar 1016 – 1049 Masehi.

Dalam prasasti ke-3, disebutkan “Hyang Api” menjadi “Hyang Kehen” hingga sekarang dikenal bernama Pura Kehen. Dari asal katanya, “Kehen” berasal dari kata “Keren” yang berarti “api”. Sehingga dari ketiga prasasti tersebut dapat diperkirakan bahwa Pura Kehen berdiri pada sekitar 882 – 914 Masehi atau tahun Isaka 804 – 836.

Pura Kehen ini merupakan tempat pemujaan kepada Hyang Widhi dengan manifestasiNya. Upacara yang dihelat di pura ini berlangsung setiap enam bulan sekali, bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi yaitu setiap Buda Kliwon Wuku Sinta.

Namun untuk upacara besar yakni upacara Ngusaba Dewa atau Karya Agung Bhatara Turun Kabeh, dilangsungkan setiap tiga bulan sekali yakni pada Purnama Kalima, Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu upacara-upacara kecil juga dilakukan di Pura Kehen ini seperti Saraswati, Ulian Sugimanik, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon dan Buda Kliwon.

Pura Kehen ini terlihat begitu asri dengan suasana sejuk disekitarnya, sehingga banyak wisatawan yang mengagendakan perjalanan tour di Bali untuk berkunjung ke sini, menjadi salah satu objek wisata andalan di Bangli selain Kintamani dan Penglipuran. Dari kawasan Bali Selatan, seperti Kuta dan Nusa Dua butuh sekitar 1 jam perjalanan berkendaraan. Untuk datang ke lokasi anda bisa sewa mobil ataupun sepeda motor, sambil menikmati segarnya udara pegunungan di kabupaten Bangli.

 

Anda mungkin juga suka...