Mengenal Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II berada di seberang Sungai Musi, tepatnya di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II No. 2 Palembang. Sampai saat ini bangunan asli tidak berubah dari awal pembangunan, renovasi yang dilakukan hanya pada bagian dalam bangunan seperti menambah sekat dan penutupan pintu-pintu penghubung. Di dalam museum ini terdapat sekitar 556 koleksi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya sampai Kesultanan Palembang.

Museum ini berada di dekat Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera. Museum ini terdiri dari dua lantai yang memiliki arsitektur atap rumah lima khas Palembang. Dulunya, bangunan ini disebut sebagai Keraton Kuto Kecik atau Keraton Kuto Lamo yang digunakan sebagai markas Jepang pada masa pendudukan sampai dijadikan museum saat ini.

Museum ini juga menyimpan arca-arca kuno seperti Ganesha, Amarawati, ,Udha pada zaman Kerajaan Sriwijaya, perabotan tradisional kesultanan dan sketsa penggambaran perjuangan rakyat Palembang dalam mengusir penjajah Belanda. Selain itu, di museum ini juga dapat ditemukan koleksi mata uang, koleksi foto dari prasasti.

Palembang memiliki 9 museum dengan karakternya masing-masing. Jika traveler hendak berkenalan dengan Palembang sejak masa pra-sejarah maka datanglah ke Museum Balaputradewa. Jika hendak mendalami kerajaan kuno terbesar di nusantara maka mainlah ke museum Sriwijaya. Lalu bila traveler ingin tahun kisah kejayaan Palembang di masa kesultanan, maka museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah tempatnya.

Museum ini menempati sebuah bangunan tua dari masa pendudukan Belanda di Palembang. Bangunan ini dibangun antara tahun 1821 sampai 1824 dan menjadi kediaman resmi residen Belanda J.L van Sevenhoven. Uniknya, kediaman residen ini rupanya dibangun di atas reruntuhan keraton kesultanan Palembang.  Ruang pertama museum Keraton Kuto Lamo atau Keraton Kuto Kecik dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.

Hampir 100 tahun kemudian, setelah dijebak dan kalah, Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap Belanda dan dikirim ke Ternate, sementara Keraton Kuto Kecik dibongkar dan bahan-bahannya digunakan ulang untuk membangun rumah dinas residen Belanda.

Bagian pertama museum berupa ruang panjang yang mengelilingi ruangan yang lebih kecil di tengah. Di ruangan pertama ini ia menjelaskan secara rinci sebuah prasasti dari masa Sriwijaya yang menjadi penanda kelahiran kota Palembang.

Terdapat pula beberapa peta tua yang menjelaskan posisi keraton pertama di Kuto Gawang dan keraton terakhir Keraton Kuto Besak. Pada salah satu dinding museum terdapat lukisan wajah Ratu Sinuhun, seorang Ratu yang hidup di tahun 1600-an dan berhasil membuat buku hukum yang berlaku di tanah Sumatra Selatan.

Hal menarik lain di ruangan tengah adalah sebuah lambang Kesultanan Palembang Darussalam. Lambang resmi kesultanan ini memiliki elemen bola dunia dalam bentuk kipas angin.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II tergolong baik kondisinya. Lantainya yang terbuat dari kayu tembesu utuh masih kuat dan mengkilap. Dindingnya yang dicat warna putih gading nampak bersih terawat. Pada akhir pekan, museum ini ramai dikunjungi siswa sekolah maupun turis dari luar kota. Bis-bis Pariwisata dari berbagai rombongan memenuhi lapangan parkir.

Anda mungkin juga suka...