Mengenal Sejarah Bukit Lamrek Yang Memiliki Daya Tarik dan Tempat Favorit Untuk Camping

Bukit Lamreh merupakan salah satunya objek wisata yang terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar satu jam berkendara dari Banda Aceh. Bukit yang terbentuk dari batuan karst ini menyuguhkan pemandangan laut lepas dengan Pulau Weh yang terlihat di kejauhan.

Bukit ini terbentuk dari batuan karst yang membukit dengan ujung yang menjorok ke laut. Ujung bukit yang dikenal sebagai Ujung Kelindu itu, langsung berhadapan dengan lautan lepas yang jernih membiru. Rasakan kenikmatan angin laut yang berhembus sepoi-sepoi membelah rambut dan memberikan kesejukan. Menjadi satu kenikmatan tiada tara, sambil menghirup kopi favorit sekaligus mendengarkan debur ombak yang menabrak satu dengan yang lain.

Mengenal Sejarah Bukit Lamreh

Melihat tentang sejarah Aceh, tidak hanya bisa Anda lakukan tour ke Museum Aceh. Anda juga bisa menambah wawasan sejarah Aceh hanya dengan mengunjungi situs-situs sejarahnya. Salah satunya adalah situs benteng yang kini masih berdiri kokoh di area wisata bukit ini. Tidak hanya sebagai tempat yang memiliki banyak benteng tetapi para ahli dari berbagai universitas sempat berhipotesis kalau di tempat ini pernah menjadi kota metropolitan yang hilang.

Kota metropolitan yang dimaksud adalah Lamuri yang memang mirip dengan kata Lamreh. Tentu saja hal ini bisa semakin mengundang para arkeolog dan berpotensi untuk menjadi tempat wisata bersejarah. Mungkin sebagian dari kita juga belum pernah mendengar sejarah tentang kerajaan Lamuri. Kerajaan ini berdiri lebih dahulu daripada Aceh Darussalam.

Masa-masa kerajaan tersebut berdiri antara tahun 800 sampai 1503 Masehi. Masyarakat Kerajaan Lamuri mayoritas beragama Hindu atau Islam. Masalahnya dokumentasi mengenai kerajaan Lamuri justru lebih banyak dari berita luar negeri. Misalkan saja berita-berita yang dibawa oleh para pelaut alias pedagang dari Arab, India, serta China.

Sumber dari mancanegara seperti China menyebutkan tentang Lamuri sebagai Lan-wu-li yang tulisannya dibuat oleh Zhao Rugua asal China. Dalam tulisan itu disebutkan kalau Kerajaan Lan-wu-li selalu memberikan upeti kepada San-fo-chi alias Sriwijaya.

Cukup menarik bukan sejarah di balik area perbukitan ini. Hal inilah yang membuat sebagian wisatawan juga tertarik untuk datang. Pada dasarnya Lamreh merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari bebatuan karst. Di perbukitan itu pernah dibangun banyak benteng bersejarah seperti Benteng Malahayati.

Benteng tersebut sekarang masih bisa Anda lihat dan menjadi peninggalan arkeologi. Bangunan benteng ini menjadi spot yang baik untuk melakukan kegiatan diving maupun sekedar melihat pemandangan sekitar.

Situs benteng tersebut pertama kali dibangun pada tahun 1589-1604 Masehi. Proses pembangunan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayat Syah Almukammil.

Pembangunan benteng dimaksudkan sebagai tempat pertahanan rakyat dan digunakan sebagai asrama untuk menampung para istri yang suaminya gugur di medan pertempuran. Di sekitar benteng juga terdapat batu nisan yang sekarang usianya sudah cukup tua.

Tidak heran bila seluruh tempat tersebut menjadi kecintaan para arkeolog juga. Para pengunjung juga dapat belajar mengenai sejarah di area perbukitan ini selain menikmati keindahan pantai pasir putihnya juga.

Dongeng Malin Kundang menceritakan tentang kisah seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Kemudian ibu Malin sempat melontarkan doa yang akhirnya membuat anaknya menjadi batu. Dongeng tersebut masih terus terkenal hingga saat ini. Menariknya, ada bagian dari bukit ini yang menampilkan bebatuan yang mirip dengan batu kutukan Malin Kundang.

Tepat di arah laut dekat pantainya terdapat pulau yang bentuknya mirip dengan badan kapal. Masyarakat setempat menamai pulau tersebut sebagai Batee Kapal yang dapat diartikan sebagai Karang Kapal.

Berdasarkan keterangan masyarakat setempat area perbukitan tersebut merupakan Kapal Amat Ramanyang yang kena kutuk karena sudah berlaku jahat terhadap ibunya. Jadi dongeng tersebut memang mirip-mirip dengan kisah Malin Kundang yang berasal dari Sumatera Barat. Pulau Amat Ramanyang kini juga menjadi destinasi wisata tersendiri.

Daya Tarik

Bagi para pecinta alam pasti senang dengan pemandangan asri di bukit ini. Saking indahnya pemandangan sekitar dan terdapat area bukit memungkinkan wisatawan untuk membangun tenda camping. Tenda- tenda di sini akan aman dari risiko terkena terjangan ombak karena letaknya yang agak tinggi daripada bibir pantai. Penting untuk diingat bagi siapapun yang hendak mendirikan tenda maka perlu membawa tenda sendiri.Tak hanya itu saja, apabila Anda berminat untuk berkemah di tempat ini sebaiknya membawa makanan yang cukup.

Pada malam harinya Anda bisa memandang bintang saat malam tiba karena di dekat perbukitan yang jarang ada rumah. Jika Anda beruntung, keesokan harinya Anda dapat melihat adanya kapal yang berlabuh dekat dengan area perbukitan. Keindahan sunset juga dapat Anda saksikan dengan jelas dari atas bukit ini. Pemandangan sunset memberikan gradasi langit yang indah sehingga sangat cocok bila diabadikan dalam bentuk foto.

Selama menunggu terjadinya sunset maka pengunjung bisa menikmati pemandangan sekitar sambil mendengar deburan ombak. Tentu saja efek ini bisa menenangkan pikiran dari hiruk pikuk perkotaan atau pekerjaan. Bahkan Anda juga bisa menangkap pemandangan dari sisi perbukitan yang satu ke perbukitan lainnya. Hal ini akan menciptakan foto yang sangat dramatis dan menarik perhatian ketika Anda unggah ke Instagram.

Bagi para pengunjung yang sekaligus ingin camping biasanya selalu menyempatkan diri untuk mendapatkan foto sunset. Pastikan Anda membawa kamera dan power bank sehingga tidak kehabisan baterai di saat harus mengambil foto di momen-momen indah.

Daya tarik lainnya yang ditawarkan oleh Bukit ini adalah adanya Benteng Kuta Lubok. Dahulu bagian benteng memiliki fungsi yang penting bagi masyarakat setempat. Benteng tersebut eksis sejak abad ke-12 Masehi dan menjadi bagian dari kerajaan Lamuri. Dan benteng ini masuk kategori sebagai benteng tertua di kawasan Aceh.

Walaupun kondisi benteng sekarang kurang terpelihara dan banyak tumbuh ilalang, bangunan benteng tetap saja bisa Anda nikmati. Bentuk dari bangunan benteng ini sangat unik, yaitu berbentuk huruf L jika Anda amati dari atas.  Jika Anda beranjak ke bagian tengah benteng, bangunan bersejarah ini terlihat masih kokoh.

Sebagai salah satu benteng tertua di Indonesia, benteng ini masih menjadi incaran para arkeolog. Jadi tak usah heran jika saat Anda berkunjung ke benteng ini akan bertemu dengan team arkeolog, baik arkeolog lokal maupun arkeolog dari negara lain.

 

Anda mungkin juga suka...