Mengenal Sejarah Istana Maimun Yang Melegenda di Medan

Istana Maimun pada saat ini dimanfaatkan sebagai bangunan bersejarah, museum, untuk lebih mengenal, dan memahami fakta sejarah di masa lampau, khususnya sejarah di Medan. Istana Maimun peninggalan kerajaan Deli, atau Kesultanan Deli, pada masa Sultan Ma’moen Al Rasyid. Arsitektur bangunannya juga megah, bergaya Mughal.

Mengenal Sejarah Istana Maimun

Istana Maimun menjadi salah satu objek wisata yang wajib kamu kunjungi saat bertandang ke kota Medan. Sebagai salah satu ikon wisata Medan, istana satu ini menyuguhkan kemegahan bengunan yang memiliki sejarah panjang. Istana Maimun merupakan bangunan peninggalan Kesultanan  Deli yang kini beralih fungsi menjadi museum. Istana satu ini dibangun pada 26 Agustus 1888, di masa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah pada 1873-1924.

Dalam pembangunannya, Sultan Makmun menggandeng arsitek asal Italia bernama Theodoor van Erp yang juga pernah menjabat sebagai Kapten KNIL (tentara Kerajaan Hindia Belanda).  Gaya arsitekur yang digunakan adalah perpaduan Melayu, India, Persia, Italia, dan Spanyol.

Keberadaan istana ini menggantikan peran istana Kesultanan Deli sebelumnya yang berlokasi di Medan Labuhan. Kala itu, Medan Labuhan dianggap sudah terlalu sesak oleh aktivitas perniagaan. Sultan Deli pun memindahkan pusat pemerintahan dari Medan Labuhan ke jantung kota Medan. Dipilihlah titik pertemuan Sungai Deli dan Babura sebagai lokasi istana.

Dalam sejarahnya, Istana Maimun juga terhubung dan berada dalam satu kompleks dengan Masjid Raya Al Mashun dan Taman Sri Deli. Kala itu, Istana Maimun menjadi pusat pemerintahan kesultanan dengan masjid raya sebagai tempat ibadah dan taman untuk bersantai.

Istana Maimun mulai diabaikan setelah masa revolusi dan kesultanan Deli usai. Kini, istana itu tidak lagi berfungsi sebagai tempat tinggal sultan. Bangunan utama yang dulu digunakan untuk menerima tamu kini menjadi museum wisata sejarah. Sementara itu, bangunan sayap kiri dan kanannya digunakan untuk acara adat.

Istana Maimun telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya sesuai Undang-Undang tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Status ini juga diperkuat dengan:

  • Surat Keputusan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
  • Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan

Nama Maimun diambil dari nama permaisuri Sultan, yaitu Siti Maimunah. Dalam bahasa Arab, kata maimun memiliki arti berkah. Penggunaan kata Maimun pun menunjukkan bukti cinta sang sultan pada permaisurinya.

Setelah istana selesai dibangun, Sultan Makmun menjadi sultan pertama yang menempati istana tersebut. Secara keseluruhan, Istana Maimun menjadi saksi pemerintahan empat Sultan yang menjadikan istana tersebut sebagai tempat tinggalnya.

Meriam Puntung merupakan salah satu benda bersejarah yang bisa kamu temui di Istana Maimun. Sebagian masyarakat percaya bahwa benda ini adalah senjata perang sakti. Masyarakat setempat juga kerap mengaitkannya dengan legenda Putri Hijau di Medan.

Konon, meriam tersebut adalah jelmaan putri hijau yang bernama Mambang Khayali dari Kerajaan Deli. Menurut legenda tersebut, Putri Hijau menjelma menjadi meriam untuk menjaga istana dari serbuan pasukan raja Aceh yang cintanya ditolak sang putri.

Daya Tarik

Bangunan Istana Maimun memiliki corak Islam yang khas, berpadu dengan arsitektur tradisional Melayu dan Eropa. Hal ini tidak lepas dari peran agama Islam yang memang dianut oleh banyak orang Melayu, termasuk sultan yang mendirikan istana tersebut.

Salah satu unsur Islamnya tampak pada tiga atap kubah istana yang menunjukkan pengaruh arsitektur Persia. Kubah-kubah tersebut terbuat dari sirap dan tembaga. Selain itu, ada juga lengkungan-lengkungan pada bagian pintu dan jendela istana yang mencirikan arsitektur Timur Tengah.

Selain menunjukkan corak khas Islam, Istana Maimun juga didominasi warna kuning yang melambangkan kebesaran Melayu. Pengaruh arsitektur Melayu juga bisa dilihat dari atap istana yang berbentuk limas, serta corak pucuk rebung dan awan boyan.

Desain yang melambangkan Eropa terletak pada tiang-tiang penyangga, dinding vertikal, hingga jendela dan pintu berukuran tinggi dan besar. Selain itu, istana ini juga menghadirkan:

  • lampu-lampu gantung dari Prancis
  • perabotan dari Belanda dan Inggris
  • lantai tangga utama dan pintu masuk balairung yang mencirikan budaya Italia

Di samping itu, kamu juga akan melihat unsur India saat memasuki gerbang istana.

Saat berkunjung ke Istana Maimun, kamu berkesempatan untuk menjadi raja atau ratu dengan menyewa pakaian khas Melayu yang tersedia. Setelah selesai berganti kostum, kamu dan pengunjung lainnya harus menunggu giliran untuk berfoto sebagai raja atau ratu di replika singgasana istana. Jika sudah puas berfoto di singgasana, kamu bisa beralih ke sudut lain istana untuk berpose dengan kostum bangsawanmu.

 

Anda mungkin juga suka...