Mengenal Tenun Lurik Kurnia Yang Ada Sejak 3000 Tahun Silam Dan Proses Tenun Kurnia

Tenun Lurik Kurnia telah berdiri sejak 1962. Bersama dengan Dibyo Lurik, keduanya menjadi satu-satunya pengusaha Lurik di Bantul yang tetap mempertahankan penggunaan ATBM (Alat tenun Bukan Mesin).

Lokasi Tenun Lurik Kurnia berada di Krapyak Wetan No. 133, Panggungharjo, Sewon, Kabupaten Bantul. berasal dari Bahasa Jawa “lorek” yang berarti garis-garis dan menggambarkan kesederhanaan.  Sehingga hanya mempunyai satu motif garis-garis horizontal atau vertikal.

Diperkirakan, tenun lurik ada sejak tiga ribu tahun silam. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), tenun lurik berasal dari pedesaan Jawa. Hal itu terungkap melalui relief di Candi Borobudur, sosok menenun dengan alat tenun gendong.

Tenun Lurik Kurnia telah berdiri sejak 1962. Bersama dengan Dibyo Lurik, keduanya menjadi satu-satunya pengusaha Lurik di Bantul yang tetap mempertahankan penggunaan ATBM (Alat tenun Bukan Mesin).  Lurik asli adalah lurik tradisional hasil handmade dari alat tenun bukan mesin atau ATBM. Kain lurik tradisional biasanya lebih tebal dan teksturnya lebih terasa ketimbang kain lurik yang dicetak mesin.

Dalam sejarah perkembangannya, pembuatan lurik mengalami beragam perubahan. Dahulu, kain tenun lurik menggunakan benang katun yang dipintal dengan tangan lalu benang tersebut ditenun menjadi selembar kain dengan alat yang disebut gedog. Namun kini, semuanya dikerjakan menggunakan alat tenun mesin, yang mampu menghasilkan lurik dalam jumlah yang lebih banyak.

Tenun lurik sangat khas, tradisional dan memiliki nilai lokal yang sangat kuat. Hal itu dikarenakan lurik Jogja umumnya masih diproduksi dengan cara konvensional yakni masih mengandalkan tangan-tangan manusia untuk menenunnya.

Proses Tenun Lurik Kurnia, Asli Tradisional Bukan Mesin Dan Tips Merawan Kain Tenun Lurik Kurnia

Anda bisa membeli kain tenun lurik sekaligus melihat proses pembuatannya di Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Ada 2 butik kain lurik yang masih eksis hingga kini, Kurnia Lurik dan Dibyo Lurik.

Terdapat beragam lurik dengan aneka warna dan corak dijual dalam bentuk lembaran. Anda tinggal memilih mana kain yang Anda inginkan. Kurnia Lurik merupakan butik yang didirikan oleh Dibyo Sumarto sejak tahun 1962. Memproduksi lurik dalam 2 ukuran, lebar 70 cm dan 110 cm. Jumlah benang yang digunakan mencapai masing-masing 2.100 dan 3.300 helai.

Harga kain lurik dengan lebar 70 cm dijual Rp37.000 per meter, sedangkan lebar 110 cm dijual Rp55.000 per meter. Tak hanya kain tenun, mereka juga melayani pembuatan syal untuk souvenir, kipas, bandana, hingga tas. Selain membeli langsung, Anda juga bisa mendapatkan hasil produksi mereka secara online.

Dibyo Lurik didirikan oleh cucu Dibyo Sumarto, Jussy Rizal pada tahun 2008. Cenderung memproduksi kain lurik dengan pewarna sintetis, sehingga warna kain yang dihasilkan lebih berwarna-warni. Harga kain lurik yang dijual sama dengan kurnia, Rp37.000 per meter untuk kain lurik dengan lebar 70 cm dan Rp55.000 per meter untuk kain lurik lebar 110 cm.

Proses penenunan kain lurik terdiri dari serangkaian proses panjang, durasi pengerjaan minimal 1 bulan, mulai dari proses pewarnaan hingga menjadi kain lurik. Benang yang digunakan dalam pembuatan lurik adalah benang katun.

Tahap awalnya dimulai dari pemberian warna pada benang mentah atau juga disebut proses pencelupan warna. Benang-benang yang sudah sesuai dengan motif rancangan dicelupkan pada warna-warna tertentu sesuai yang diinginkan.

Pewarna yang digunakan adalah pewarna alam, misalnya kayu mahoni yang menghasilkan warna coklat susu serta tanaman jolawi dan daun ketepeng yang menghasilkan warna abu-abu. Namun ada pula yang menggunakan pewarna sintetis.

Benang putih dicelupkan ke dalam air yang mendidih untuk meresapkan pewarna. Setelah dicelupkan, benang-benang dibilas ke dalam ember air bersih sebanyak 3 kali. Benang yang sudah dibilas kemudian diperas menggunakan alat pemutar hingga tidak ada lagi air yang menetes.

Benang-benang yang telah diwarnai dengan sempurna kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Namun tidak boleh terlalu lama, cukup setengah hari kemudian benang-benang akan diangin-anginkan hingga kering. Proses pewarnaan dan pengeringan bisa memakan waktu 1 hingga 2 hari tergantung cuaca pada saat penjemuran.

Setelah benar-benar kering, kemudian benang akan dipintal dalam gulungan-gulungan kecil yang disebut palet dan gulungan-gulungan besar yang disebut kelos. Satu gulung benang kecil memakan waktu hingga 15 menit. Semua benang yang telah dipintal, kemudian disusun secara teratur menjadi sebuah motif garis yang diinginkan atau disebut ‘nyekir’.

Proses nyekir adalah proses yang paling rumit. Pekerja harus berkonsentrasi penuh menata ribuan helai benang-benang tipis untuk menghasilkan suatu motif tertentu pada selembar kain lurik selebar 70 cm. Pada tiap motif kain lurik memiliki rumus yang berbeda-beda. Untuk membuat satu motif pada kain lurik dapat memakan waktu hingga 3 jam.

Proses memindahkan desain motif kain ke alat tenun atau yang disebut ‘nyucuk’. Helai-helai benang secara satu per satu dimasukkan ke alat tenun kayu (ATBM) sebelum memasuki proses penenunan secara manual.

Setelah proses di atas dilalui semua, benang akan disetel dan baru ditenun. Begitu kain jadi, akan langsung dicuci. Kain tenun lurik pun siap dijadikan bahan untuk membuat berbagai baju, syal, tas atau hiasan. Mendapatkan kain halus dan padat bukan perkara gampang. Itulah mengapa dalam proses pembuatan lurik orang yang menggarapnya harus sama, tidak boleh berganti-ganti.

Kain lurik dengan ciri khas motif garis sekarang banyak dijumpai di pasaran. Namun Anda perlu mengenal kain lurik yang berkualitas bagus, kain lurik asli yang dikerjakan secara tradisonal dengan ATBM. Kain lurik tenun asli kedua sisi permukaan bolak-baliknya sama. Jika satu permukaan warnanya tidak sama atau berwarna keputihan, maka bisa dipastikan kain lurik tersebut kain hasil printing mesin.

Jika Anda menerawang kain lurik, akan terlihat kerapatan benang kain tersebut. Kain lurik yang dikerjakan dengan tenun secara tradisional (ATBM) kerapatannya tidak sama.

Dikarenakan tenaga manusia kurang bisa konsisten, beda halnya dengan mesin. Ada kalanya tenaga manusia kuat saat menenun, ada kalanya lemah karena kondisi capai dalam menenun. Kain lurik sebaiknya direndam dulu sebelum dijahit. Kain lurik berkualitas bagus memiliki ciri susut yang lebih sedikit ketika direndam, antara 2-5 cm per meternya.

Ketika Anda memilih kain lurik, pilih kain yang lebih rapat benangnya agar penyusutan lebih sedikit saat dicuci untuk pertama kali. Saat baru membeli kain lurik, mungkin kain terkesan kaku. Sebenarnya hal tersebut lebih berkualitas karena kerenggangan benangnya lebih rapat. Setelah dicuci, nantinya kain lurik akan lebih lembut.

Sama halnya dengan batik, kain lurik yang menggunakan pewarna alami sebaiknya dicuci menggunakan lerak untuk menjaga kualitas warna. Sedangkan untuk pewarna sintetis bisa dicuci menggunakan deterjen. Yang perlu diperhatikan, sebaiknya hindari terkena sinar matahari secara langsung saat menjemur, atau cukup diangin-anginkan saja.

Itulah Jejak tradisi tenun lurik terekam dalam cerita wayang tertua, Wayang Beber. Yang mengisahkan kesatria yang melamar putri raja dengan mas kawin alat tenun gendong. Di Yogya, tenun lurik berkembang di beberapa daerah dan menjadi sentra, seperti Moyudan, Pengkol, Prawirotaman, dan Krapyak. Sentra tenun lurik masih dapat ditemukan sekitar tahun 1970, sebelum akhirnya ditelan industri tekstil modern. Tradisi dan budaya ini terus di lestarikan hingga kini.

 

Anda mungkin juga suka...