Desa Merabu yang masih di dalam wilayah Kecamatan Kelay ini masuk di dalam kawasan Karst Sakulirang Mangkalihat. Maka cukup banyak ditemukan goa-goa tang berada di tebing-tebing perbukitannya. Dan salah satunya adalah Goa Lungun, dimana goa tersebut menjadi tempat pemakaman Suku Dayak Kuno. Bahkan hingga kini masih terdapat beberapa tulang kerangka mayat yang konon kabarnya usianya sudah melebihi ratusan tahun. Namun untuk bisa melihatnya lebih dekat, kamu harus menaiki tangga yang cukup tinggi, karena mulut goanya sendiri terletak di tebing. Cukup menarik memang, selain kamu bisa menikmati keindahan alamnya, kamu juga bisa mengenal lebih jauh lagi akan sejarah maupun tradisi dari Suku Dayak.
Berdasarkan hasil peninjauan yang dilaksanakan oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur, bersama dengan tim dari ECOTrip yang merupakan sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak di bidang pariwisata Desa Merasa, selama empat hari kegiatan berhasil mendata 9 (sembilan) temuan situs-situs penguburan di wilayah ini.
Semua lokasi temuan situs-situs penguburan tersebut terletak di gua dan ceruk batuan karst yang berada di sepanjang aliran Sungai Kelay. Lokasinya dapat ditempuh dengan menggunakan perahu/ketinting dari Desa Merasa, menuju ke arah hulu Sungai Kelay. Temuan situs-situs penguburan tersebut terbagi dalam dua kawasan bukit karst, atau dalam istilah lokal dikenal dengan istilah batu, yakni Batu Lukok dan Batu Lungun.
Temuan Lungun 1 terletak di kawasan Batu Lukok, dengan jarak tempuh selama kurang lebih 10 menit perjalanan dari desa menggunakan ketinting. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri tebing karst selama ± 10 menit. Dalam istilah penduduk lokal, Lukok berarti rokok, karena dahulu banyak ditemukan rokok yang kemungkinan sisa-sisa bekal kubur. Kondisi lerengannya cukup landai, hanya sekali melewati sebuah patahan karst dengan tinggi sekitar 3 meter.
Temuan dua kubur kayu atau lungun dengan sebuah peti kayu yang memuat kedua lungun tersebut. Posisinya terletak pada sebuah ceruk kecil pada sisi tebing Batu Lukok. Pada saat ditemukan kondisinya masih ditemukan bekas-bekas penguburan manusia, namun hanya terisa sedikit tulang manusia dan bekal kuburnya. Peti lungun sudah dalam kondisi terbuka dan tidak dijumpai lagi tutupnya.
Di dalam kedua peti kubur kayu tersebut ditemukan sisa-sisa peralatan besi seperti parang/mandau, ujung tombak, dan panci masak yang sudah mengalami korosi serta sisa dayung yang telah hancur pada bagian ujungnya. Sebaran manik-manik ditemukan pada bagian dalam lungun dan pada bagian tanah di bawah wadah lungun. Kemungkinan pada masa lalu telah terjadi penjarahan terhadap kubur ini, namun tidak diketahui kapan dan oleh siapa, mengingat lokasinya yang tidak terlalu jauh dari desa serta akses yang mudah dijangkau.
Wadah peti lungun yang menampung dua peti kubur lungun berbentuk persegi panjang, memiliki orientasi Timur-Barat dengan posisi miring 450 pada salah satu sisinya hingga mencapai tanah. Dimensi dari wadah lungun ini yaitu panjang 210 cm dan lebar 110 cm. Sedangkan dua lungun yang ditemukan memiliki ukuran yang berbeda, yakni 55 cm x 180 cm dan 40 cm x 170 cm. pada bagian bawah lungun yang berukuran besar, ditemukan jejak pemotongan kayu menggunakan gergaji besi. Kemungkinan pemotongan ini merupakan sisa penjarahan yang mengambil pahatan sosok antromorphik pada lungun.