Belinyu adalah nama sebuah kota kecil yang terletak di Bangka Utara. Secara admistratif, Belinyu merupakan sebuah kota kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Alternatif lain adalah dengan menyewa taksi atau dapat juga naik kendaraan khusus yang mengambil rute Bandara Depati Amir Pangkalpinang ke Belinyu. Objek wisata menarik yang ada di wilayah Belinyu antara lain Benteng Kuto Panji, Kampung Gedong (Kampung Pecinan), Gua Maria Belinyu, Pantai Batu Dinding, Tanjung Putat, Tanjung Penyusuk, dan Pantai Romodong.
Benteng Kuto Panji merupakan situs sejarah yang berkaitan dengan kisah seorang raja kecil yang berasal dari Tiongkok yang bernama Bong Khiung Fu. Ia juga digelari Kapitan Bong atau biasa dikenal dengan nama Bongkap. Menurut sejarah, Bong Khiung Fu adalah seorang penguasa wilayah kecil di Tiongkok. Pada masa itu, Tiongkok dikuasai oleh Penguasa yang kejam. Bong Khiung Fu dengan berani menentang sang penguasa dengan cara menolak membayar upeti.
Akibatnya, sang Penguasa sangat murka dan memerintahkan tentaranya untuk menangkap dan menghukum mati Bong Khiung Fu. Namun, Bong Khiung Fu segera melarikan diri dengan cara meninggalkan negeri Tiongkok dan berlayar mengarungi samudra. Dalam pelariannya ini ia membawa serta putrinya, juga pasukan pengawal yang setia kepadanya.
Setelah beberapa lama berlayar, Bong Khiung Fu dan rombongannya sampai di perairan Selat Berhala yang letaknya di ujung utara pulau Bangka. Di daerah ini, rombongan Bong Khiung Fu ini dikejar oleh para bajak laut. Namun, mereka dapat meloloskan diri dan berusaha menghindar dari bajak laut dengan cara terus berlayar ke selatan menuju ke Pulau Bangka.
Pada masa itu, Pulau Bangka merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin Palembang. Rombongan ini akhirnya mulai masuk ke Teluk Kelabat dan terus masuk ke arah Muara Sungai Karang Lintang. Tujuan mereka adalah bersembunyi untuk sementara waktu dari gangguan bajak laut.
Setelah beberapa lama bersembunyi di Muara Karang Lintang dan merasa aman berada di situ, mereka mulai membuka lahan untuk tempat tinggal. Mereka membangun benteng perlindungan yang kokoh agar mampu menahan serangan dan gangguan para bajak laut. Mereka juga mulai berkebun karet, lada, dan tanaman lainnya.
Mereka juga membuka tambang timah serta mendatangkan para kuli tambang dari Pulau Jawa. Namun begitu, kekhawatiran atas serangan bajak laut belum sepenuhnya hilang dari mereka. Selain untuk pertahanan, bangunan benteng ini juga oleh Bong Khiung Fu difungsikan sebagai istana kecil, yang dilengkapi dengan dengan pasukan pengawalnya. Konon Benteng Kuto Panji dibangun selama waktu 5 tahun, yaitu pada 1664-1669 M.
Sayangnya, lokasi persembunyian Bong Khiung Fu dan rombongannya ini akhirnya diketahui oleh para bajak laut. Akibatnya, Bong Khiung Fu dan pasukannya berkali-kali menghadapi serangan dari para bajak laut. Karena serangan yang terjadi beruang-ulang itulah, maka Bong Khiung Fu dapat dikalahkan sedangkan Benteng Kuto Panji dihancurkan oleh para bajak laut pada 1774 M.
Meskipun ditetapkan sebagai salah satu aset sejarah, namun kisah seputar Benteng Panji ini masih diselimuti banyak misteri. Ada beberapa misteri yang sampai saat ini belum mendapat jawaban pasti. Misalnya, apa dan siapa sebenarnya Bong Khiung Fu waktu di Tiongkok, apa alasan sebenarnya yang membuat ia dan rombongannya melarikan diri ke Bangka, serta di mana ia wafat dan dimakamkan.
Terlepas dari itu semua, Benteng Kuto Panji tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Ada banyak versi cerita sejarah benteng ini yang berhubungan erat dengan kerajaan di Tiongkok. Namun egaitu, dari semua versi itu, ada kemiripan cerita yaitu seorang raja kerajaan kecil bernama Bong Kiung Fu yang memerintah di Belinyu yang memiliki seorang anak gadis berparas cantik bernama Bong Lili atau putri Chok Tian.
Versi lain tentang Bong Khiung Fu juga belum mendapat konfirmasi yang valid. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa versi cerita yang berkaitan dengan Bong Khiung Fu ini. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa sebelum lari dari Tiongkok, Bong Khiung Fu adalah seorang raja yang sangat kikir dan kejam. Ia juga diduga banyak melakukan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Akibatnya, Kaisar Tiongkok marah dan hendak menghukum Bong Khiung Fu. Bersembunyinya Bong Khiung Fu di daerah Karang Lintang Desa Kuto Panji Belinyu merupakan upayanya untuk menghindar dari upaya penangkapan Pemerintah Tongkok.
Tentang kematian Bong Khiung Fu sendiri sampai saat ini juga masih menjadi misteri. Ada yang mengatakan Bung Khiung Fu mati terbunuh saat melakukan perlawanan dari serangan bajak lauk. Jasadnya dikuburkan di dalam Benteng Panji. Namun, versi lain mengatakan bahwa Bong Khiung Fu masih sempat melarikan dirinya ke Malaka sampai kematian menjemputnya di sana.
Sementara itu, putri Bong Khiung Fu yang bernama Cok Tian diceritakan mati bunuh diri dengan cara menceburkan dirinya ke sumur di sekitar beteng. Putri Cok Tian melakukan hal itu saat pasukan ayahnya mengalami kekalahan dan mulai menguasai benteng.
Seiring dengan perjalan waktu, versi cerita terus berjlan dengan versinya masing-masing. Tak ada jawaban pasti atas kebenaran cerita dari versi yang mana pun juga. Namun, bagi masyarakat Belinyu, reuntuhan siswa bangunan benteng Panji yang masih ada hingga saat ini, merupakan saksi bisu pernah adanya komunikasi bangsa dan budaya Tiongkok dengan masyarakat Belinyu dan sekitarnya sekitar.