Sempat terkubur berabad-abad di dalam tanah, Candi Sambisari yang ditemukan kembali oleh seorang petani tak pernah pudar memancarkan pesonanya. Kini candi yang lokasinya lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya itu menjadi salah satu candi yang ramai dikunjungi wisatawan.
Sejarah Candi Sambisari
Berabad-abad yang lampau, kawasan utara Yogyakarta menjadi pusat peradaban Mataram kuno. Di tempat ini candi-candi yang dibangun sebagai tempat pemujaan maupun simbol prestise berdiri dengan gagah, berderet-deret dari kaki Merapi hingga pegunungan Batur Agung.
Hingga akhirnya tiba suatu masa dimana Gunung Merapi erupsi dahsyat dan memuntahkan material vulkanik ke segala penjuru, memporak-porandakkan kehidupan masyarakat serta mengubur candi-candi tersebut. Salah satu candi yang terkubur amat dalam adalah Candi Sambisari.
Saat candi-candi lain mulai ditemukan, Candi Sambisari masih di dalam tanah, tak ada yang mengetahui keberadaannya. Hingga akhirnya pada suatu pagi yang biasa, ada seorang petani bernama Karyowinangun yang menemukan salah satu bagian candi tersebut. Kala itu Karyowinangun tengah mencangkul sawahnya, namun mata cangkulnya membentur bongkahan batu dengan pahatan di permukaannya.
Setelah diteliti oleh Dinas Kepurbakalaan, akhirnya diketahui bahwa batu tersebut merupakan komponen candi dan dilakukan ekskavasi alias penggalian lanjutan. Perlu waktu nyaris 3 windu untuk merampungkan proses ekskavasi hingga rekonstruksi bangunan. Ditemukan pada tahun 1966, candi ini baru selesai dipugar pada tahun 1987.
Sesuai dengan nama desa tempat ia ditemukan, candi ini pun diberi nama Candi Sambisari. Lokasi candinya pun cukup unik, yaitu terletak kira-kira 6,5 meter lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya.
Sejarah pendirian Candi Sambisari belum dapat diketahui secara pasti karena tidak adanya bukti konkret. Namun dilihat dari arsitektur bangunannya, candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 812 – 838 M, semasa dengan Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Candi Sojiwan.
Komplek candi terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi pendukungnya. Terdapat juga 8 buah lingga patok yang tersebar sesuai penjuru arah mata angin. Sepintas candi ini tampak seperti sebuah kastil di tengah taman. Karena sekeliling candi ini dihiasi rerumputan hijau yang tertata rapi bagaikan taman di halaman kerajaan dengan candi di tengah sebagai pusatnya.
Saat menaiki tangga pintu masuk candi induk, kamu akan menjumpai hiasan berupa singa yang ada di dalam mulut makara (hewan dalam mitologi Yunani). Setelah menaiki tangga tadi, kamu akan menemukan selasar selebar kurang lebih 1 meter. Lalu ketika mengelilinginya kamu akan menjumpai 3 relung yang masing-masing berisikan sebuah arca.
Di sisi utara terdapat arca Dewi Durga yang merupakan istri dari Dewa Siwa, dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Lalu di sisi timur terdapat arca Ganesha dan di sisi selatannya terdapat arca Agastya dengan tasbih yang dikalungkan di lehernya.
Di dalam bilik utama candi induk, terdapat lingga dan yoni yang cukup besar. Keberadaan lingga dan yoni ini menegaskan bahwa candi ini dipakai sebagai pemujaan Dewa Siwa. Keluar dari bangunan candi utama, di sisi barat kamu akan dapat melihat ketiga candi pendamping. Diperkirakan ketiga candi pendamping ini sengaja dibangun tanpa atap karena pada saat penggalian tidak ditemukan batu-batu yang menjadi bagian atapnya.
Daya tarik Candi Sambisari
Selain bangunan utama candi dan areal tamannya, di kawasan Candi Sambisari ini juga terdapat museum mini yang berisikan informasi mengenai sejarah penemuan hingga ekskavasi candi tersebut, hal ini berhasil menjadi daya tarik yang menarik perhatian wisatawan.
Di dalam museum terdapat beberapa batuan, arca, juga foto-foto yang menggambarkan kondisi sebelum candi ditemukan yang sebelumnya berupa areal persawahan. Lalu ada juga foto-foto mengenai proses penggalian dan rekonstruksi Candi Sambisari yang berjalan selama puluhan tahun.
Kalau kamu penikmat sejarah, maka berkeliling Candi Sambisari sembari mengamati detail arsitekturnya akan menjadi hal yang menarik untuk dilakukan. Di dalam kompleks candi ini kamu akan menemukan relung-relung candi yang berisikan arca, mulai dari arca Dewi Durga, arca Ganesha, hingga arca Agastya.
Selain itu ada juga lingga dan yoni di dalam bilik candi yang menegaskan bahwa candi ini dulunya dipakai sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Siwa. Jika kamu ingin mendapatkan informasi lainnya, kamu bisa meluncur ke museum mini alias ruang informasi.
Di museum ini kamu bisa melihat foto-foto lingkungan sawah milik petani Karyowinangun sebelum digali, foto-foto proses ekskavasi Candi Sambisari, termasuk foto benda-benda yang ditemukan selama penggalian. Komplek Candi Sambisari menawarkan pesona tersendiri bagi siapapun yang menyambanginya.
Tidak hanya terdiri dari bangunan candi saja, di kawasan ini terdapat hamparan rumput hijau dan taman yang tertata dengan rapi. Dinding tanah yang mengitari candi dihiasi dengan tulisan Candi Sambisari dari perdu yang indah.
Saat musim penghujan, semuanya terlihat hijau segar. Lokasi ini sangat cocok dijadikan sesi foto baik itu pre wedding atau sesi foto lainnya. Cukup menyesuaikan tema, lalu carilah angle terbaik dan candi ini akan menjadi latar yang indah untuk foto yang kamu abadikan.