Jika kamu ke Kabupaten Sarolangun, Jambi jangan lupa mampir di objek wisata Jembatan. Jembatan Beatrix ini merupakan objek wisata yang ada di Kabupaten Sarolangun yang sering jadi tempat tongkrongan warga sekitar pada saat sore hari.
Jembatan Beatrix ini salah satu objek wisata yang memiliki sejarah masyarakat Jambi ketika masa penjajahan Belanda. Begitu banyak cerita penderita rakyat Jambi di Jembatan Beatrix ini. Kini Jembatan Beatrix di Sarolangun ini terus dilakukan perbaikan agar terlihat cantik sebagai objek wisata masyarakat Jambi.
Tampak dari Jembatan Beatrix ini membentang di atas Sub-DAS Batanghari, Sungai Batang Tembesi Sarolangun, pembangunan jembatan Beatrix memiliki sejarah kelam. Sejarah kelam di Jembatan Beatrix, dibangun atas ribuan rakyat Jambi yang dipaksa bekerja paksa atau rodi
Untuk pembangunan Jembatan Beatrix inii memakan waktu hingga belasan tahun. Karena kisah sejarah dibaliknya, alhasil jembatan terus dipertahankan sebagai objek wisata. Panjang jembatan kurang lebih 100 meter, dan menjadi jalan alternatif Kampung Sri Pelayang serta Pasar Bawah Sarolangun.
Sejarah Jembatan Beatrix
Jika dilihat dari berbagai sumber peninggalan sejarah, awal mula pembangunan Jembatan Beatrix diawali dengan sebuah tragedi yang menenggelamkan kapal seorang konselor dari Belanda di kawasan Sungai Batang Tembesi. Jembatan bersejarah ini telah menjadi salah satu ikon yang paling ternama di provinsi Jambi sebagai jembatan yang dipenuhi dengan kisah lika liku.
Kisah sejarah tersebut berisi tentang proses masuknya penjajahan Belanda di Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan peninggalan sejarah yang dijelaskan oleh seorang penggiat sejarah di kawasan Sarolangun menyatakan bahwa dalam sebuah literasi peninggalan Belanda, penjajahan diawali dengan masuknya kapal angkatan yang membawa para Raja besar.
Jika dibandingkan dengan sekarang, kemungkinan raja-raja tersebut setingkatan dengan Gubernur atau petinggi provinsi di bantaran sungai Batang Tembesi. Kapal tersebut akhirnya karam di sekitar tempat Beatrix Brug saat ini berada. Sejak saat itu, mulailah dilakukan pembangunan sebuah jembatan yang dimulai pada tahun 1936 sampai 1939.
Seluruh struktur jembatan Beatrix terdiri dari beton tebal. Bentuk unik ada empat bagian jembatan dengan tulang jembatan yang terbuat dari beton melengkung. Jika dilihat sekilas, jembatan ini memiliki bentuk yang menyerupai busur panah dengan jumlah lengkungan sebanyak 4 buah dengan ditopang oleh 3 tiang panjang yang sangat kuat dan kokoh.
Jembatan ini dibangun dengan panjang sekitar 100 meter dengan lebar 5 meter diatas sungai Batang Tembesi. Jembatan bersejarah ini merupakan salah satu hasil dari kerja paksa yang dilakukan oleh belanda yang dibuat oleh pribumi pada tahun 1936 dan akhirnya berhasil berdiri dan kemudian diresmikan pada tahun 1939 dengan nama Beatrix Brug.
Karena bangunan ini dibangun dengan struktur yang dirancang oleh Belanda, pastinya terkenal sangat kuat, kokoh dan mampu bertahan dalam durasi waktu yang lama. Namun meskipun begitu, jembatan bersejarah ini pernah roboh pada tahun 1970. Berdasarkan saksi sejarah, dinyatakan bahwa hentakan dari runtuhnya jembatan tersebut bisa terdengar dari radius cukup jauh.
Sebelum jembatan bersejarah tersebut runtuh, jembatan tersebut merupakan salah satu penghubung antara Pelayang dan juga pasar bawah yang saat ini hanya berupa bangunan tua dengan beberapa kios. Jembatan ini dijadikan sebagai sebuah pelabuhan dengan aktivitas yang cukup padat. Dalam proses pembangunanya diperkirakan belanda mengeluarkan biaya 150 Golden.
Pemberian nama jembatan ini menjadi Jembatan Beatrix dilatarbelakangi dengan lahirnya seorang cucu dari Ratu Wilhelmina yang kemudian diberi nama Beatrix. Kemudian, setelah jembatan ini berdiri, para pemerintah setempat berinisiatif untuk meminta izin agar bisa memberikan nama jembatan tersebut sesuai nama cucu ratu Wilhelmina dan mendapat persetujuan.
Setelah mengalami keruntuhan, jembatan sejarah ini sempat vakum lama setelah mengalami keruntuhan pada tahun 1970. Jembatan ini kemudian diperbaiki pada masa kepemimpinan dari Bupati Sarolangun yang bernama Muhammad Madel di kisaran tahun 2000. Sedangkan sejak tahun 1970 sampai 2000, jembatan ini hanya ditambahkan dengan jembatan gantung.
Disisi lain, terdapat cerita unik yang tersimpan pada sejarah Jembatan Lamo ini. pada hari yang sama dengan kelahiran Ratu beatrix terdapat sepasang anak kembar lair di kawasan Pelayang Kecamatan Sarolangun. Untuk menghormati hari tersebut, pemerintahan Belanda rutin mengirimkan roti atau gandum kepada anak kembar tersebut sampai akhir hayatnya.
Daya tarik Jembatan Beatrix
Daya tarik dari jembatan bersejarah ini yang membuat anda perlu datang untuk mengunjunginya adalah karena pemandangannya yang sangat indah terutama ketika malam hari. meskipun hanya disuguhkan dengan pemandangan yang sederhana, namun anda akan dapat menikmati suasana dan panorama yang sangat mempesona dan memberi ketenangan.
Ketika sedang berada di Jembatan Lamo ini di malam hari, anda akan melihat jembatan yang dipenuhi dengan cahaya lampu warna warni. Hal tersebutlah yang membuat jembatan ni banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Jembatan yang ada di Kabupaten Sarolangun ini mendapat predikat sebagai objek jembatan yang memberikan pemandangan begitu indah.
Selain dari landscape jembatan yang begitu indah dan terlihat sempurna, anda juga dapat melihat taman di sekitar jembatan yang menjadi salah satu daya tariknya. Di taman Jembatan Beatrix, anda akan menemukan bangku yang berdekatan dengan bentuk yang unik dan dipenuhi dengan pemilihan warna cerah yang memberikan kesan keceriaan dan juga kebahagiaan.
Lokasi dari taman ini merupakan tempat yang sangat pas dan nyaman untuk bisa menikmati keindahan dari Jembatan Lamo yang ada di kabupaten Sarolangun. Spot ini menjadi kawasan yang tepat untuk bisa melihat seluruh sisi dari jembatan. Anda juga bisa mengambil gambar dari kawasan ini dengan pemandangan yang sangat indah dan unik.