Bali memang mempunyai banyak pura dengan pemandangan yang indah, salah satunya adalah Pura Besakih. Pura yang ada di daerah Karangasem ini merupakan salah satu pura terbesar yang ada di Bali. Pusat dari pura ini ada di Pura Besakih yang berada di tengah. Di pura inilah Hyang Rsi Markendya mendapatkan wahyu dari Tuhan.
Mengenal Sejarah Pura Besakih
Menurut Babad Bali sejarah berdirinya Pura Besakih bermula ketika Rsi Markandeya, seorang pemuka agama Hindu keturunan India mengembara ke Pulau Bali mengikuti suara gaib yang didapatnya ketika bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng. Suara itu menyuruhnya untuk membuka hutan di Pulau Dawa (Pulau Bali) untuk dibagikan pada para pengikutnya.
Pengembaraan Rsi Markandeya tidak berjalan mulus karena para pengikutnya yang meninggal akibat diterkam binatang buas atau terserang penyakit. Setelah melakukan upacara Dewa Yadnya akhirnya rombongan Rsi Markandeya sampai di lereng Gunung Agung dan di sanalah mereka menemukan berbagai peninggalan masa prasejarah seperti menhir dan peninggalan lainya di puncak sebuah bukit.
Sebuah prasasti mengatakan Pura Besakih dibangun pada tahun 1284 oleh Rsi Markandeya dan para pengikutnya. Tapi ada juga sebagian dari para ahli sejarah yang yakin kalo cikal bakal Pura Besakih sudah dibangun sejak tahun 163 Masehi, jauh sebelum Candi Borobudur dan Candi Prambanan didirikan oleh Kerajaan Mataram Hindu. Yang jelas sih sejak abad ke-15 Pura Besakih ditetapkan menjadi pura kerajaan di masa berkuasanya Dinasti Gelgel.
Pura Besakih Bali tidak hanya terdiri dari satu pura aja, travelers, melainkan 46 pura besar dan kecil yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Pura Panyungsungan Jagat (20 pura), Pura Kawitan (17 pura) dan Pura Dadya (9 pura). Dari 46 pura itu, Pura Penataran Agung yang termasuk dalam kategori Pura Panyungsungan Jagat adalah pura utama dan letaknya ada di bagian tertinggi dalam kompleks Pura Besakih.
Pura Penataran Agung termasuk unik karena mengandung unsur punden berundak yang merupakan gaya arsitektur buatan nenek moyang bangsa Indonesia dan belum ditemukan di tempat lain di luar Indonesia. Menurut para ahli, konsep punden berundak digunakan para nenek moyang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yang dipercaya bersemayam di gunung-gunung.
Kamu pun wajib memberikan hormat pada nenek moyang karena konsep tata ruang mereka begitu detil dan sempurna padahal di masa itu belum ada sekolahan. Berdiri di Pura Penataran Agung kamu bukan hanya akan melihat indahnya Gunung Agung diterpa cahaya matahari pagi atau senja hari.
Begitu membalikkan tubuh kamu juga bisa memandangi keelokan alam sekitar yang masih asri dan kaya pepohonan. Ke-46 pura dalam kompleks Pura Besakih tampak tertata rapi, kaya dengan aneka ornamen dan patung-patung dewa yang telah ada sejak ratusan tahun silam turut menambah kental suasana religius yang bisa kamu rasakan begitu menginjakkan kaki di pintu gerbang Pura Besakih.
Agar tidak mengganggu kesakralan pura, pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke dalam Pura Besakih. Kamu juga wajib mengenakan kain panjang dan selendang sebelum masuk ke areal Pura Besakih Pura besakih sudah mengfasilitasi pembangunan 194 unit kios besar, 140 unit kios kecil, Bale Pesandekan, Bale Gong, Pelataran, area bermain anak, toilet dan area parkir.