Sejarah Tempat Wisata Lapangan Puputan Badung Di Denpasar

Puputan merupakan istilah yang menggambarkan semangat yang membara dari masyarakat Bali berupa perlawanan habis-habisan sampai mati terhadap penjajah.  Puputan atau Perang Puputan berarti perang sampai titik darah penghabisan hingga orang terakhir. Perang ini tidak hanya melibatkan para ksatrya saja melainkan seluruh warga dari semua kalangan, baik raja maupun rakyat jelata, baik laki-laki maupun perempuan hingga anak-anak ikut berperang hingga titik darah penghabisan. Untuk mengenang semangat perang puputan rakyat Bali melawan penjajah, maka pemerintah provinsi Bali membuatkan lapangan umum dengan nama puputan badung.

Sejarah Lapangan Puputan Badung

Puputan yang dalam bahasa bali berarti pertempuran habis-habisan. Salah satunya terjadi pada 20 September 1906 antara Belanda dengan Kerajaan Badung, yang disebut Perang Puputan Badung. Perang sebenarnya berlangsung mulai 1902 hingga puput di tahun 1906. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda berpendapat dengan dikuasainya Kerajaan Badung maka setara dengan menguasai Pulau Bali secara keseluruhan.

Meski jumlah prajurit kerajaan dan lawan tak seimbang, Raja Badung yang memerintah saat itu, I Gusti Ngurah Made Agung, bersama rakyat tak gentar melawan kolonial. Semangat puputan pun berkobar. Gugur membela kebenaran dan kehormatan negara adalah surga bagi mereka. Meski hanya dengan senjata tradisional, rakyat bersama melawan militer Belanda yang dilengkapi senjata modern. Raja Badung ke-7 yang memimpin sendiri perang sejak 1902 hingga 1906. Ia pun gugur bersama rakyat.

Sebagai pengingat sejarah, pemerintah pada 12 November 1997, mendirikan Monumen Puputan Badung. Monumen ini berupa tiga patung, terdiri dari perempuan, laki-laki, dan anak dengan pakaian serba putih memegang keris dan tombak sebagai senjata untuk berperang. Bersamaan itu, terbitlah Surat Keputusan Wali Kota Denpasar Tahun 2009, lapangan pun resmi dinamakan Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Warga biasa menyebutnya Lapangan Puputan Badung.

Daya tarik Lapangan Puputan Badung

Uniknya lapangan ini memiliki ciri khas tersendiri, di mana di tengah-tengah lapangan ini berdiri sebuah bangunan yang menjadi ikon kota Denpasar. Bangunan tersebut merupakan sebuah monumen untuk mengenang perjuangan rakyat Bali dalam mengusir penjajah dari Pulau Dewata. Monumen diberi nama Monumen Bajra Sandhi yang artinya genta suci. Sesuai dengan namanya, monumen ini memiliki arsitektur berbentuk genta.

Di dalam monumen ini terdapat dua buah muesuem yakni museum perjuangan rakyat bali dan interaktif art museum Bali atau I AM Bali. Bagi yang ingin mengenal atau mengetahui kehidupan masyarakat bali di museum perjuangan rakyat bali tempatnya. Di sini para wisatawan akan disajikan diorama tentang kehidupan warga bali dari zaman prasejarah hingga zaman sekarang. Sedangkan di I AM Bali pengunjung akan disajikan gambar interaktif 3D yang sangat unik dan keren.

Lapangan puputan renon tidak hanya lapangan untuk mengenang perjuangan rakyat bali dalam mempertahankan ibu pertiwi dari penjajah asing, tetapi lapangan ini multi fungsi. Pagi dan sore hari warga renon dan sekitarnya kerap kali melakukan aktivitas lari-lari (jogging). Tidak hanya lari, lapangan ini juga digunakan untuk kegiatan olahraga oleh siswa-siswi sekolah yang ada di Denpasar dan juga digunakan aktivitas yoga. Bahkan konser-konser musik baik artis lokal maupun artis nasional dan event-event tertentu juga sering diadakan di lapangan ini.

Hijaunya pepohonan yang berjejer dengan rapi di tengah lapangan membuat kawasan ini sangat sejuk, bahkan pada siang hari tempat ini benar-benar sejuk. Tidak mengherankan jika tempat ini dijadikan tempat untuk nongkrong atau berteduh oleh warga sekitar. Tidak hanya tempat nongkrong, di lapangan ini juga disediakan arena bermain anak, tentu kawasan ini sangat ramah dengan anak-anak.

Tidak hanya siang hari, malam hari tempat ini ramai dikunjungi oleh par pelancong yang ingin merasakan suasana malam di kota Denpasar. Malam hari monumen bajra sandhi terlihat sangat gagah dan keren. Monumen Banjra Sandhi merupakan salah satu tempat wisata malam yang ada di Denpasar, sehingga kawasan ini kerap kali digunakan untuk tempat nongkrong oleh anak muda di malam hari.

Tak perlu tiket masuk Cukup membayar parkir kendaran Rp 1.000 untuk kendaraan roda dua, dan Rp 2.000 untuk roda empat. Jika mengunjungi tempat ini harus selalu menjaga kebersihan juga ya !.

Anda mungkin juga suka...